Thursday, August 7, 2008

Keseimbangan Itu Penting

Bagi yang pernah belajar ilmu alam, diketahui bahwa semua benda yang ada di alam semesta terbuat dari atom (benda yang terkecil). Yang membedakan besi dari kayu adalah konfigurasi atom-nya yang berbeda. Misalnya air terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oxigen, dan seterusnya. Atom sendiri bila dipecah tidak lagi merupakan benda tetapi partikel energi yaitu satuan-satuan energi yang bila di-manipulasi secara tepat bisa menghasilkan energi dengan kekuatan yang dahsyat seperti bom atom.

Peneliti kosmologi dan orang yang berilmu di zaman dahulu telah menghayati bahwa diseluruh jagat raya termasuk di bumi terdapat “cosmic energy” yang tiada batasnya.

Di Tiongkok sendiri, “cosmic energy” dikembangkan dengan membedakan energy yang bersifat negatif (yin) dan positif (yang). Penghayatan yang “dibaur” dengan pandangan Taoism menjadikan prinsip Yin Yang sebagai salah satu prinsip kehidupan bagi rakyat di negeri tersebut. Prinsip yang dipakai untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan termasuk menjelaskan sifat penyakit dan cara penyembuhannya.

Singkatnya, prinsip Yin Yang (negatif positif) dapat diterapkan karena semua hal memang memiliki sifat dualism. Dingin dan panas, siang dan malam, musim dingin dan musim panas, utara dan selatan, api dan air, perempuan dan laki-laki, genap dan ganjil, feminin dan maskulin, hitam dan putih, bumi dan langit, bumi dan matahari, bundar dan persegi. Prinsip ini rupanya bukan monopoli rakyat disana saja karena masyarakat Bali kita menggunakan kain poleng (bermotif kotak-kotak hitam putih) untuk mengharmoniskan tenaga negatif/positif alam semesta.

Yang penting diingat adalah prinsip Yin Yang menekankan bahwa tidak ada Yin atau Yang yang mutlak. Segala sesuatu Yin akan memiliki sedikit Yang dan sebaliknya, sesuai dengan gambar T’ai Chi diatas dimana bagian hitam terdapat titik putih dan bagian putih titik hitam. Gambar T’ai Chi ini mengilustrasikan prinsip Yin Yang secara sempurna.

Yin mutlak bila sampai terjadi sama bahayanya dengan Yang mutlak. Contohnya, seorang laki-laki seyogyanya dilahirkan dengan lebih banyak sifat Yang (maskulin) dari pada Yin. Namun bila ia tidak memiliki sedikitpun sifat Yin ia tidak memiliki daya imbang dan ini akan sangat merugikannya.Sebaliknya, Yin dan Yang tidak boleh pula mencapai titik imbang (equilibrium) karena sesuatu yang terlalu seimbang tidak mendatangkan perubahan atau kemajuan. Equilibrium = stagnant = tidak ada kegairahan = kematian.

TIMBANGAN TANPA KESEIMBANGAN



Apakah arti “Timbangan” bagi anda? Hanya sekedar alat bantu beli gula, daging, beras, dan cabai merah keriting? Atau hanya penting bagi para wanita untuk tetap waspada terhadap serangan kegemukan?
Sadarkah anda bahwa konsep timbangan itu merupakan Tujuan Hidup setiap mahluk yang bernafas ataupun bagi benda mati sekalipun, terutama manusia yang berakal?


Mengapa saya berkata demikian? Konsep adanya timbangan didasari pada proses aksi reaksi, di mana adanya tekanan di satu sisi akan menciptakan reaksi terhadap sisi lainnya, yang menjadi indikator penunjuk satuan berat sedemikian rupa, sehingga antara sisi yang satu dengan sisi yang lain saling menyeimbangkan, dan akhirnya terjadi suatu keadaan yang saling impas atau seimbang.


Baik, saya mungkin bukan seorang yang ahli dalam bidang Mekanika dan Fisika. Tetapi sadarkan anda, baik sadar ataupun tidak sadar kita sedang menuju ke arah keseimbangan seperti timbangan tersebut? Saya tidak akan berbicara mengenai konsep yang canggih ataupun teori-teori yang tidak terbantahkan. Tetapi saya mencoba untuk membuka pikiran kita secara simple bahwa apa pun yang dilakukan setiap orang, baik sendiri ataupun berkelompok yang biasa kita sebut berorganisasi, baik organisasi kecil ataupun organisasi dengan skala dunia, sedang mencari suatu keseimbangan yang terus mencari.


Pernahkah anda sadari, mengapa begitu banyak teori marketing yang bermunculan bahkan dari zaman batu dahulu hingga saat ini yang saling bergantian, dan tidak sedikit pula yang saling bertentangan? Dan mengapa banyak teori marketing yang dahulu muncul dan sangat populer, jika diterapkan saat ini, jangan harap bisa berhasil? Dan saya pun yakin 212 persennya Wiro Sableng, bahwa teori marketing saat ini, seperti Customer Centric, Blue Ocean Marketing, dan seluruh konsep marketing yang katanya modern itu tidak akan dapat digunakan kembali 3, 4 atau mungking 5 tahun lagi.


Jawabannya sangat simple sekali, Teman...
Semuanya berasal dari satu kata yang disebut “Keseimbangan”. Ha..ha.. Anda pasti bingung, kan? Bagus!.. anda sedang menuju ke bentuk keseimbangan otak anda antara jawaban ya dan tidak. Bahkan anda mungkin berpikir ini adalah tulisan sampah yang tidak menarik sama sekali, yang berarti kebingungan ini tidak merusak keseimbangan otak anda.


Mungkinkah terjadi yang namanya keseimbangan? Jawabannya mungkin sekali terjadi, tetapi tidak akan pernah ada yang namanya keseimbangan abadi terhadap satu hal. Penyebab utama yang paling mempercepat terjadinya ketidak keseimbangan adalah manusia itu sendiri dengan pikiran dan egonya yang mengklaim dirinya sebagai satu-satunya mahluk yang memiliki akal budi. Dan saya berbicara bukan hanya manusia perorangan, melainkan juga manusia secara keseluruhan. Selama manusia ada, tidak akan pernah terjadi keseimbangan yang abadi.


“Tidak ada satu pun hal yang abadi, karena yang abadi itu hanyalah perubahan.” Katanya... Oleh karena itu, teruslah berubah saudaraku. Jika ingin sukses dan unggul, jadilah aksi yang menciptakan suatu reaksi keseimbangan, dan janganlah selalu menunggu bereaksi terhadap aksi yang muncul. Percayalah, apa pun yang anda lakukan dalam segala hal, pasti akan timbul suatu keseimbangan di luar anda dengan berbagai bentuknya yang disebut reaksi, hingga akhirnya terjadi keseimbangan walaupun mungkin tidak akan pernah terjadi.
Jika anda bingung dengan tulisan saya ini, percayalah, saya pun juga masih bingung. Tetapi saya senang menjadi bingung, karena dengan merasa bingung ternyata saya dapat menikmati hidup yang indah ini. Keputusan yang menilai bahwa tulisan ini aksi yang besar atau aksi yang kecil adalah keputusan anda masing-masing untuk bereaksi terhadap tulisan ini.


Terakhir dari saya, “selamat menikmati timbangan hidup tanpa Keseimbangan, teman...” Ha..ha..

Sinergy 2 Survive (Cerita Tentang Telkom)


PT Telkom Indonesia hingga saat ini merupakan perusahaan Telekomunikasi terbesar di Indonesia. Tetapi bukan suatu hal yang tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan PT Telkom hanya menjadi salah sejarah perkembangan telekomunikasi di Indonesia.


Jika kita lihat kompetisi pertelekomunikasian dan teknologinya yang berkembang secara eksponensial dan pasar yang sangat menjanjikan ini, adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi jika sebuah operator penyedia jasa telekomunikasi yang baru muncul dalam waktu singkat dapat menguasai market share telekomunikasi. Bayangkan saja operator telekomunikasi baru yang muncul sejak tahun 2000 seperti mobile 8, Bakrie Telecom dan Sinarmas Telecom yang saat ini mulai unjuk gigi.


Zona kenyamanan yang dirasakan Telkom sejak zaman monopoli, jumlah karyawan yang sangat banyak, dan campur tangan pemerintah saat ini membuat PT Telkom menjadi mangsa yang sangat empuk yang dapat di grogoti oleh para kompetitor, bahkan sempat terprediksi secara teoritis, Telkom akan mencapai titik keseimbangan antara profit dan beban di tahun 2008, ”bukan main-main...”.


Tetapi jika perusahaan plat merah ini dikatakan hanya diam saja, itupun tidak... Telah banyak hal-hal yang dilakukan untuk mengantisipasinya, bahkan PT Telkom di sebut-sebut juga sebagai ”The Dancing Giant”, yang tetap lincah walaupun berbadan raksasa. Kita tentu dapat melihat secara jelas bagaimana Telkom terus-menerus melakukan inovasi dan improvement di berbagai segi, mulai dari munculnya produk dan layanan baru, restrukturisasi perusahaan menuju ”Customer Centric” , peningkatan ”Company Image”, dan perombakan-perombakan lainnya baik ke luar maupun ke dalam perusahaan, termasuk didalamnya memotong jalur birokrasi.
Jangan puas dahulu, pertanyaannya adalah apakah semua hal ini cukup untuk menyelamatkan perusahaan ini?...


Ada satu hal yang dapat menjamin Telkom tetap exsist dan unggul, yaitu ”Sinergi” dan ini juga mulai dilakukan, seperti implementasi layanan plasa sinergi dengan Telkomsel, tarif khusus Telkom – Telkomsel, dan sebagaikan. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah aktivitas sinergi ini cukup membuat Telkom dapat bertahan, sementara kompetitorpun juga melakukan hal yang sama?
Kita dapat melihat Indosat yang lebih dahulu mengejar ketertinggalannya dengan melakukan sinergi antara produk-produknya (Mentari, Matrix, IM3 dan StarOne), Excelcomindo dengan produk Explore dan Jempolnya, dan lainnya.


Mungkinkah Telkom dapat tetap bertahan jika hanya menjadi follower atau hanya dapat bereaksi mencari keseimbangan jika ada aksi dari kompetitor, termasuk dalam sinergi sekalipun? (red, baca tulisan sebelumnya berjudul ”Timbangan Tanpa Keseimbangan”).


Hal bukan berarti perusahaan yang kita cintai ini melakukan hal yang salah dengan mengikuti cara kompetitor bersinergi, tetapi yang menjadi persoalan saat ini adalah apakah kita telah bersinergi secara benar dan efektif dan apakah kompetitorpun sudah?


Jika Telkom bersama groupnya dapat diandaikan sebagai sebuah tim, John C. Maxwell dalam bukunya yang berjudul ”Tim Impian”, memaparkan bahwa jika kita amati ratusan tim yang menang, anda akan menemukan bahwa para pemainnya dapat memiliki empat hal yang sama, yaitu :


”Mereka bermain untuk menang”, Perbedaan antara bermain untuk menang dengan bermain sekadarnya seringkali yang membuat perbedaan antara sukses dengan keadaan rata-rata bahkan kalah.


”Mereka memiliki sikap pemenang”, Para anggota tim percaya pada diri mereka sendiri, pada rekan tim mereka, dan impian mereka. Dan mereka tidak membiarkan pikiran negatif mengganggu mereka.


”Mereka terus memperbaiki diri”, Hadiah terbesar untuk usaha mereka bukan dari apa yang mereka dapatkan dari usaha tersebut, tetapi mereka menjadi apa karena usaha itu. Anggota tim tahu secara intuitif jika mereka berhenti memperbaiki diri maka akan berhenti untuk maju.


”Mereka membuat rekan tim mereka menjadi lebih sukses”, Para pemenang adalah pemberi kuasa. Seperti Charlie Brower mengatakan, ”Sedikit saja orang yang sukses kecuali jika banyak orang yang menginginkan diri mereka untuk sukses,”.


Lalu... Apakah kita dapat menemukan keempat hal tersebut saat mengatakan kita telah bersinergi? Jika ya, maka Telkom akan survive bahkan tetap menjadi nomor satu, tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia internasional.



Bagaimana jika tidak...?

Wednesday, August 6, 2008

Profile Kehidupan

Nama Handy Pramudianto mulai ada di dunia ini sejak bulan Maret 1979 di Jakarta yang merupakan ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah negara berkembang yang saya sangat yakin bila suatu saat nanti dipimpin oleh seorang kepala negara yang tepat akan menjadi sebuah negara adidaya yang besar di dunia yang kecil ini.

Mulai mengenyam pendidikan sejak di Taman Kanak-Kanak bernama TK Wahyu Bakti di Ciracas Jakarta Timur, lalu berjenjang ke Sekolah Dasar Ignatius Slamet Riyadi, sebuah Sekolah swasta Katolik di Pasar Rebo Jakarta Timur yang bertetangga akrab dengan Komplek KOPASUS. Lalu, karena pada saat itu sekolah ini merupakan sekolah terbaik yang mampu dibiayai oleh orangtua tercinta yang berprofesi berpasangan sebagai anggota TNI AU bersuku Betawi dan Pegawai Negri di SUDINKES bersuku Jawa, saya disekolahkan kembali oleh orangtua tercinta di Sekolah ini untuk jenjang Sekolah Menegah Pertama (SMP).

Dengan prestasi yang sedikit lebih dari rata-rata siswa di SMP dan didukung oleh doa restu orangtua, saya mencoba mengikuti seleksi ke sebuah sekolah asrama semi militer yang saat itu dikenal paling bagus di Indonesia berlokasi di Magelang-Jawa Tengah. Bersaing dengan puluhan ribu pendaftar di seluruh indonesia dalam beberapa rentetan jenis seleksi, Tuhan mengijinkan saya lolos seleksi masuk Sekolah Menegah Atas yang bernama Taruna Nusantara bersama 256 siswa lainnya dari seluruh Indonesia.

Lulus Gemblengan Bukit Tidar di Taruna Nusantara, saya mencoba melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke beberapa pilihan tempat yang dianggap terbaik seperti Taruna Akabri, Pendidikan Pilot Garuda ke New Zealand, ITB, UGM, STAN, dan sebagainya. Tetapi Tuhan menentukan beda, saya dipilihkan oleh-Nya untuk melanjutkan kuliah di Universitas Pelita Harapan di Karawaci Tangerang yang mendapatkan biaya penuh untuk kuliah termasuk biaya hidup untuk mengambil jurusan Teknik Industri bersama 16 orang pilihan lainnya yang juga berasal dari SMA yang sama.

Sebelum lulus, saya mendapatkan penawaran kerja dari PT Propan Raya, sebuah perusahaan Cat spesialis kayu yang terkenal di Indonesia, untuk dapat bersama memajukan perusahaan ini. 2 tahun berkarya, mencoba mencari karir yang lebih baik, Tuhan memberikan secara tidak sengaja informasi lowongan di sebuah perusahaan Telekomunikasi terbesar di Indonesia dan saya mencoba mendaftar dengan bermodalkan doa.

Alhasil, saat ini saya telah bekerja di Perusahaan Telekomunikasi Nasional bertempat di Kota Medan Sumatra Uta
ra sejak 2003 dan menjalani hidup indah bersama seorang pendamping hidup yang cantik kelahiran Jayapura yang juga merupakan junior saya di SMA maupun di Universitas dimana kami secara tidak sengaja bertemu secara singkat melalui media internet.


Tujuan hidup bagi saya adalah "Memberikan Karya Terbaik Di Manapun Berada"